Translate

Selasa, 31 Maret 2015

Kontribusi apa yang harus kita ketahui untuk menghadapi ASEAN Economy Comunity (AEC) / Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jangan hanya menjadi penonton di negara sendiri !

Dalam rangka menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing diseluruh kawasan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi mengurangi kemiskinan serta meningkatkan standar hidup masyarakat anggota ASEAN, seluruh Negara anggota ASEAN sepakat untuk mewujudkan integrasi ekonomi yang lebih nyata dan meaningful yaitu ASEAN Economy Comunity (AEC). AEC Yaitu bentuk integrasi ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015.
Pada tahun 2015 apa bila AEC tercapai maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga tenaga terampil yang bebas serta arus modal yang lebih bebas di antara negara ASEAN.
Pekerja di Indonesia akan menghadapi persaingan dari pekerja-pekerja lain di Asia Tenggara. Persaingan di bursa tenaga kerja akan semakin meningkat menjelang pemberlakuan pasar bebas Asean pada akhir 2015 mendatang. Ini akan mempengaruhi banyak orang, terutama pekerja yang berkecimpung pada sektor keahlian khusus.
Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi sangat dibutuhkan untuk memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan ketergantungan anggota-anggota didalamnya. MEA dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam rantai suplai makanan, dan menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat menangani dan bernegosiasi dengan eksportir dan importir non-ASEAN.

Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat memunculkan exploitation risk. Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu, para risk professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat. 
Kemampuan pola pikir, pola sikap, pola tindak memahami wirausaha seyogyanya telah harus kita milikinya tak lupa nilai-nilai yang terdapat didalamnya menjadi spirit menjadi percaya diri. Sysnergitas Tri Dharma Perguruan Tinggi sangat dinantikan pula terhadap perubahan dampak bagi masyarakat, sudah sejauhmana keberadaan perguruan tinggi mewarnai masyarakat ke arah kemajuan masyarakat lingkungannya. Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan sosial(hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton di negara sendiri di tahun 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar