Sabtu, 6 Juni 2015 Pasca Sarjana Program
Magister Manajem STIE Sebelas April telah malakukan serangkaian dalam
rangka meningkatkan dan bertukar fikiran baik itu dunia Akademisi, profesional.
Kegiatan ini menghasilkan beberapa rekomendasi yang dihasilkan untuk sebagai
pemikiran bersama kepada semua pihak yang berkepentingan. Kegiatan dimaksud di kemas berupa kegiatan
seminar sehari yang bertujuan sebagai : Penyelenggaraan secara rutin aktivitas
Konferensi, Seminar, Simposium, Workshop untuk peningkatan kualitas dalam
bidang konsepsi, metode, alat analisis untuk disiplin manajemen, Penyelenggaraan
rutin aktivitas evaluasi dan pengembangan kurikulum disiplin ilmu manajemen
Dinamika dan Peran Ilmu Manajemen
dipandang perlu untuk menghadapi AEC. Dalam pemaparan seminar tersebut dihasilkan beberapa
rangkuman pernyataan dari Ir. H. Eka Setiawan, Dipl, SE, MM (Wakil Bupati
Sumedang), Prof. Dr. H Rully Indrawan, M.Si (Guru Besar Ekonomi) dan Dr.
Saefudin Zuhdi, MM (Konsultan Manajemen)
MANAJEMEN
PENGELOLAAN Aparatur Sipil Negara Tingkat KABUPATEN
Ir.
H. Eka Setiawan, Dipl, SE, MM (Wakil Bupati Sumedang) mengemukakan Aparatur
Sipil Negara (ASN) diminta untuk meningkatkan profesionalisme dalam menghadapi
pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Beliau menegaskan salah satu hal
utama adalah ASN harus menguasai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Bahkan Dr. Dady Selaku Pimpinan Teknis Kepegawaian telah merencanakan selain
peningkatan IT pendidikan Bahasa asing diberikan untuk Aparatur Sipil Negara
yang ada di Kabupaten Sumedang. Di samping itu, tupoksi yang ada harus pula
dikuasai, termasuk pengelolaan keuangan, akuntansi berbasis aktual. Lakukan team work yang baik dan koordinasi
penting. Jangan jalan sendiri-sendiri
Teori Pareto dan pada aspek kehidupan dan
Kelembagaan
Dr. Saefudin Zuhdi memaparkan tentang, vilfredo Pareto dengan
hukum pareto nya lahir di Italia pada 15 Juli 1848 dengan nama Wilfried Fritz
Pareto. Pareto merupakan keturunan Italia – Perancis. Beliau merupakan Seorang
insinyur teknik sipil yang pada akhirnya menjadi dosen ekonomi dan manajemen
(mulai pada 1885), juga ahli pada bidang sosiologi, ilmu politik dan filsafat. Beliau
mencoba menerapkan metode matematika dan fisika pada ilmu sosial. Di bidang
ilmu ekonomi Pareto memberikan beberapa kontribusi penting, diantaranya
mengenai studi distribusi pendapatan dan dalam analis mengenai pilihan
individu. Pareto juga dipandang sebagai orang pertama yang mempopulerkan
penggunaan istilah Elit dalam analisis sosial.
Beberapa konsultan strategi manajemen memberikan panduan untuk
perusahaan perusahaan meraih kesuksesan dengan memanfaatkan hukum pareto 80 –
20 yang pada awalnya memang kita rasa tidak logis.
Rasio ini menggambarkan secara kasar bahwa mayoritas hasil
(digambarkan sebagai 80%, meski tidak selalu tepat segitu), didapatkan dari
minoritas upaya (sekitar 20%) yang dilakukan. Rasio ini bisa juga berbentuk
distribusi 80-10 atau 80-30. Intinya adalah sebagaian besar akibat dihasilkan
oleh sebagian kecil penyebab.
Zuhdi mengatakan, teori ini memang bukanlah suatu hukum yang baku,
namun hanya sebagai sebuah kemungkinan teori yang bisa diterapkan untuk
efektivitas dan efisiensi. Anehnya, dimana-mana memang akan kita temui prinsip
ini seakan-akan sudah merupakan suatu hukum alam.
Antisipasi
Kebijakan dan Strategi Menghadapi MEA 2015
Profesor Rully memaparkan bahwa
MEA ini laksana sepertihalnya kita melakukan SEAGAMES, dimana semua pihak perlu
melakukan latihan dan ujicoba terlebih dahulu. Sekilas MEA 2015 : Masyarakat
Ekonomi ASEAN bertujuan untuk membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis
produksi, sehingga membuat ASEAN lebih dinamis dan menjadi segmen yang lebih kuat
dari rantai pasokan global, MEA yang akan diberlakukan pada
Desember 2015, bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial
dan pengembangan budaya.
Kondisi
Indonesia di tengah anggota ASEAN
KEKUATAN :
1) Indonesia dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa, merupakan 40% dari total
penduduk di Asia Tenggara. Bagi perusahaan di Indonesia, peluang untuk
mengambil pasar yang 60% di luar Indonesia itu sangat terbuka.
2) Kelas Menengah (middle class)
Indonesia yang terus meningkat, dari hanya sebesar 37,7% pada 2003, menjadi
56,6% pada 2010 atau mencapai 134 juta jiwa (Bank Dunia). Total
PDB Indonesia terbesar di ASEAN dan ke-16 di dunia (satu-satunya anggota ASEAN yang menjadi
anggota G20)
3) Debt to GDP Ratio (Rasio Hutang terhadap PDB)
Indonesia cukup rendah dibanding negara ASEAN lainnya yaitu 24% (2011), sebagai
salah satu indikator membaiknya makro-ekonomi. Sebagai ilustrasi, Debt to
GDP Ratio Malaysia mencapai 56%.
4) Peta usia penduduk Indonesia yang cukup
muda, sumber daya alam yang besar dan pasar yang besar mampu mendukung
produktivitas nasional (Pulling Factor).
KELEMAHAN :
1) Walaupun makro ekonomi tumbuh dengan baik, namun mikro
ekonomi dan sektor ril sulit begerak;
2) Tingginya ketergantungan pada impor.
3) Kegiatan ekonomi didominasi oleh UMKM (>90%) dengan regulasi
yang kurang berfihak;
4) Kemiskinan menurun walau kurang seimbang dengan anggaran yang
dikeluarakan;
5) Gini indeks berada pada posisi yang buruk dalam lima puluh tahun
terakhir ini;
6) Kurang lebih 360 jenis produk kita rontok dari saat mulai
diberlakukannya ACFTA tahun 2010.
Mandegnya sektor ril di dalam negeri, menyebabkan berubahnya struktur pekerjaan
masyarakat dari kegiatan produksi ke jasa perdagangan;
PELUANG
1) Pasar ASEAN sebesar 600 juta, dengan
jumlah kelas menengah yang semakin meningkat. Menurut catatan Asian
Development Bank (ADB), kelas-menengah ASEAN berjumlah 24% pada 2010 akan
meningkat menjadi 65% pada 2030.
2) Kebijakan makro ekonomi dan kondisi yang
kondusif di ASEAN telah meningkatkan peluang masuknya investasi (FDI) dari luar
kawasan. Sejak 2007 hingga 2010, investasi yang masuk ke ASEAN dari luar
kawasan meningkat sebesar 75% (Sumber: BKPM).
3) Masih terbukanya perdagangan intra-ASEAN, keadaannya cenderung meningkat, walau
porsinya masih relatif kecil (25%).
Sebagai ilustrasi, perdagangan intra NAFTA 50%, sedangkan EU mencapai
70%.
4) Potensi pengembangan industri nasional dan
mendorong Indonesia sebagai production base di kawasan dengan ditopang
pasar domestik yang besar, penduduk usia muda/produktif, investasi yang
meningkat dan sumber daya alam yang besar.
5) Total Wisatawan intra-ASEAN dalam setahun
mencapai lebih dari 76 juta (Sumber: WEF
2012). Posisi Indonesia masih dibawah Malaysia,
Thailand, Singapura.
1. Kebijakan Menghadapi MEA
2015, Potensi UKM :
1) Tahun 2014 terdapat 48.997 usaha menengah, 629.418 usaha kecil, dan 55,8 juta unit usaha mikro. Dengan pertumbuhan
sebesar 2,41%
2) UMKM menyumbang 57,94% produk domestik bruto (PDB) atau senilai
Rp4.303 triliun. Dan menyerap hingga 110,8 juta tenaga kerja.
3) Dengan perkiraan sekitar 50 juta UMKM di Indonesia, berarti
penambahan 1 tenaga kerja dalam setiap unit saja sudah berarti sekitar 50 juta
lapangan kerja baru.
4) Baru sekitar 20% UMKM yang mengakses pembiayaan, selebihnya
mengandalkan pinjaman individu dan rentenir.
MASALAH PENGEMBANGAN UMKM :
1) Persaingan
yang makin tajam, termasuk dalam memperoleh sumber daya usaha;
2) Menjaga dan
meningkatkan daya
saing UMKM sebagai industri kreatif
dan inovatif, masih menghadapi tantangan struktural;
3) Meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar
sesuai ketentuan ASEAN (Misal ISO-26000) kerap masih kendala internal dan
eksternal;
4) Mutu pendidikan yang belum menopang lahirnya entrepreueur yang
tangguh;
5) Skim pembiayaan dan
regulasi pada umumnya belum berpihak;
6) Masih tingginya suku bunga, biaya infra struktur, dan birokrasi.
PARADOKS KEBIJAKAN :
99,97% pelaku usaha nasional; 97% penyerapan tenaga kerja nasional;
60% penyumbang PDB; Katup pengaman saat krisis ekonomi. Yang perlu diperhatikan
: Pembiayaan, Perijinan, Infrastruktur, Pasar, Akses Informasi.
Ø Data The Global Competitiveness Report 2013-2014
menyebutkan, faktor yang paling bermasalah untuk melakukan bisnis di
Indonesia adalah korupsi, birokrasi pemerintah yang tidak efisien dan lemahnya
infrastruktur.
Ø Faktor negatif lainnya
Indonesia, adalah berupa penyuapan
(urutan 106) dan penjaminan keamanan bagi masyarakat (urutan 104).
·
Social Entrepreunership adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan
menggunakan kemampuan Entreprenuership untuk melakukan perubahan sosial
(social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare),
pendidikan, dan kesehatan (healtcare).
Strategi Bisnis Menghadapi MEA 2015 :
1) Koperasi dapat berperan sebagai aggregator melalui kesepakatan bisnis bersama untuk menawarkan produknya dari sentra-sentra produksi yang dibentuk oleh anggotanya kepada pada target pasar di
sentra konsumen yang
sudah link dengan komunitas bisnis aggregator, dengan
pendekatan B2C, B2B maupun B2G
Ø Sunkist grower di California. Ke dalam koperasi merupakan
kerjasama di antara petani kecil yang mengalami kesulitan pasar. Tapi mereka
bekerja di pasar bebas dan berhasil menjadi sebuah koperasi
multi-nasional yang produknya dikenal akrab di Indonsia.
Ø Monragon Corporation, Spanyol, adalah koperasi pekerja yang
berkembang di propinsi Basque dengan latar belakang gereja Katholik yang kuat.
Dengan kerjasama internal yang kuat, koperasi ini berkembang
menjadi perusahaan multinasional yang cabangnya beroperasi di AS dan Cina.
Ø Koperasi
Associate Press yang beranggotakan 1500 perusahaan surat kabar harian di AS
dengan 263 cabang di 97 negara di dunia,
Ø Koperasi
Zen Noh di Jepang dengan omzet US4
63.449 milyar yang melayani 3.000 rumah tangga petani di Jepang saja.
2)
Blue Ocean Strategy :
Kreativitas, Keunikan, Komunikasi, Kepercayaan, dapat menghasilkan
VALUE INNOVATION
3)
Relationship Marketing Strategy
Relationship Marketing, proses penciptaan, pemeliharaan dan
penguatan hubungan yang kuat dan penuh nilai dengan pelanggan dan pemercaya
lainnya. Relationship marketing tidak saja hubungan pemasaran yang
terjalin antara perusahaan dan pelanggannya tapi juga terhadap pihak-pihak lain
yang berkepentingan dengan perusahaan terkait dengan bisnis perusahaan antar
pemasok (supplier), agen, mitra dan sebagainya, Kotler (2003)
Rekomendasi selama melakukan diskusi ini akan memberikan
kontribesar terhadap Dinamika dan Ilmu Manajemen, sebagai daya ungkit menuju
peningkatan antisipasi kesejahteraan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar